Sabtu, 29 Desember 2012

GUNUNG SUMBING

Siapa yang tidak kenal dengan Gunung Sumbing? Gunung tertinggi ketiga di pulau Jawa setelah Gunung Semeru di Malang dan Gunung Slamet di Purwokerto. Dengan ketinggian puncaknya setinggi 3.371 mdpl tentu sangat menggoda untuk didaki. Posisinya yang berada di antara Wonosobo, Temanggung dan Magelang membuatnya memiliki beberapa basecamp untuk didaki. Melalui Wonosobo, Gunung Sumbing dapat didaki dari basecamp Skydoor yang terletak di Desa Butuh, Kalikajar, Bowongso, Wonosobo. Melalui Temanggung, Gunung Sumbing didaki melalui basecamp di desa Garung, Kledung, Temanggung.
Di kalangan pendaki biasanya dikenal dengan “Pendakian 3S” yaitu Slamet, Sumbing dan Sindoro. Ketiga gunung ini berdekatan sehingga sering dijadikan pendakian maraton oleh para pendaki. Tapi tentu saja, perlu stamina lebih untuk melakukan maraton ini karena ketiga gunung ini termasuk gunung cukup tinggi di Jawa. Selain karena ketinggiannya, mata air yang tidak ada di Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro membuat maraton 3S butuh perencanaan yang matang.
Daerah Kledung umumnya menjadi pilihan utama mendaki, karena dari Kledung pendaki dapat memilih untuk mendaki Gunung Sumbing atau saudaranya Gunung Sindoro. Melalui Kledung, Gunung Sumbing akan terletak di Barat basecamp dan gunung Sindoro terletak di arah Timur sedangkan pendakian akan mengarah ke Timur Laut. Pendakian dari Kledung umumnya akan memakan waktu 8-12 jam hingga puncak Gunung Sumbing.
Perjalanan Menuju Puncak
Basecamp – Pos I – Pos II – Pestan (Pos III) – Pasar Watu – Watu Kotak (Pos IV) – Tanah Putih – Puncak Buntu – Puncak Kawah
Pendakian dari Kledung memiliki 2 jalur yaitu jalur lama dan jalur baru. Jalur lama diambil dengan mengambil jalan lurus terus dari basecamp sedangkan jalur baru mengambil jalur yang sedikit ke utara. Kedua jalur tersebut memiliki 2 pos yang akan bertemu nanti di Pos 3 yang disebut dengan Pestan. Stickpala, fasilitator para pendaki di daerah ini, telah memberikan tanda yang jelas pada setiap pos dan perempatan sehingga memudahkan para pendaki memilih jalan. Peta pendakian juga dapat diperoleh ketika para pendaki melapor untuk melakukan pendakian di basecamp.
Perjalanan menuju Pos I baik itu melalui jalur lama atau jalur baru akan melewati daerah pertanian penduduk. Jalan yang dilalui adalah jalan berbatu, sesekali akan kita temui para petani sekitar dengan menggunakan motornya melewati jalan ini. Tanaman yang umum ditanam disini adalah tembakau pada musim kemarau dan sayur-sayuran pada musim penghujan. Pos I akan ditemukan tidak lama setelah jalan berbatu selesai dan ladang para petani sudah tidak terlihat lagi. Khusus untuk jalur baru sebelum Pos I akan melewati aliran sungai yang terdapat airnya ketika musim penghujan, tetapi air disini tidak deras alirannya sehingga airnya menggenang di musim hujan. Selama menuju Pos I juga akan tampak keindahan Gunung Sindoro selama perjalanan jika cerah.
Perjalanan menuju Pos II baik melalui jalur baru atau lama mulai memasuki hutan. Jalan setapak kecil dan kanan kiri jalan langsung tumbuhan sehingga pemandangan akan penuh dengan tumbuhan dan pepohonan. Khusus untuk Pos II jalur baru memungkinkan untuk ditemukan mata air karena jalur baru dekat dengan aliran sungai, tetapi tetap mendapatkan mata air masih bersifat untung-untungan.
Perjalanan menuju pos III atau Pestan cukup lebar bertanah. Perjalanan ini juga sama dari Pestan menuju Pasar Watu. Perjalanan dari Pos II hingga pertemuan jalur lama dan baru di Pestan hingga Pasar Watu bertanah dengan jalan yang cukup lebar. Umumnya daerah sekitar Pestan mulai berkabut namun jika cerah maka keindahan Gunung Sindoro akan terlihat. Di Pestan pendaki sudah berada di negeri diatas awan dengan ketinggian sekitar 2637 mdpl.
Dari Pasar Watu jalan diteruskan dengan berbelok ke kiri. Umumnya para pendaki yang belum mengetahui jalur akan mengambil jalan lurus terus menaiki bukit, tetapi jalan sebenarnya berbelok kiri sebelum menaiki bukit setelah pasar watu. Jika para pendaki lurus terus menaiki bukit maka jalan akan buntu dengan melihat jurang. Dari Pasar Watu menuju Watu Kotak, jalan mulai berbatu dan lebih vertikal dibandingkan sebelumnya. Sesampainya di Watu Kotak ketinggian telah mencapai 2765 mdpl, tempat ini adalah tempat terakhir untuk membuka tenda. Dari Watu Kotak menuju puncak dapat dicapai selama 1 jam dan dari Watu kotak akan terlihat keindahan lampu kota di malam hari.
Jalan menuju Puncak dari Watu Kotak berbatu dan naik tanpa henti. Untuk mencapai puncak dapat dicapai selama 1 jam. Puncak pertama yang dicapai adalah Puncak Buntu. Dari Puncak Buntu sunrise sudah dapat dinikmati. Pendaki juga dapat melihat dari sudut yang berbeda melalui Puncak Kawah yang terletak tidak jauh dari Puncak Buntu. Dari Puncak Buntu dan Puncak Kawah para pendaki sudah dapat menikmatisunrise dan juga kawah Gunung Sumbing yang terletak di bawah. Kawah Gunung Sumbing masih mengeluarkan asap belerang, namun dari kedua puncak ini pendaki aman dari asap tersebut.
Secara legal, demi keamanan, puncak Gunung Sumbing adalah Puncak Buntu dan Puncak Kawah. Namun tanah tertinggi Gunung Sumbing terletak di Puncak Tertinggi atau juga disebut Puncak Rajawali. Puncak Tertinggi atau Puncak Rajawali terletak bukit kedua sebelah utara dari Puncak Kawah. Jalan menuju kesana dengan melewati bukit pertama baru menaiki bukit Puncak Rajawali. Jalan menuju Puncak Rajawali membutuhkan kemampuan climbing dan keberanian. Hal ini disebabkan jalan berbatu, licin, juga sempit berjurang sehingga kurang aman dan membutuhkan konsentrasi yang terus terjaga. Pendaki juga dapat turun ke kawah setelah melewati bukit pertama dari puncak kawah.


































Tidak ada komentar:

Posting Komentar